kenapa tak Kau beri mereka kematian
ketika ujung maut bertahan di jam, hari atau pun bulan
melautkan ruh, pelayaran panjang ataukah kesia-siaan?
petaka, bala ataukah derita
tak lagi ada ujung pangkalnya
tatap itu, tatap nestapa, diam itu, diam dahaga
bahkan riapan mata pada angin yang mendesaukan neraka dunia
menahan mereka di kepungan alam
bukan lautan yang menindasi raga hingga hilang rasa
tapi manusia, ketika hiba tak lagi mengaliri nadi
semua hilang dalam dokumen-dokumen yang diminta
nyawa atau kah saudara, tak ada arti
ketika mereka terus dijauhi, dihalaui, dari dermaga
oooooo..ombak yang menjadi raja lautan
kenapa tak kau telan mereka dalam sekali gulungan
hingga raga hilang bersama luka?
oooooo..badai yang menjadi penguasa gelombang
kenapa tak kau benam mereka bersama pilu?
Ah..Rabb..kenapa tak Kau beri mereka mautMu?
ataukah ini ujian pada rasa, pada persaudaraan, pada kepedulian?
Manusia telah mematikan hatiNya Rabb,
pada secarik kertas tanda jati diri
negeriku, negeri yang penuh cinta,
negeri dengan pulau dan negeri yang masih lempang
tak pula bisa menerima
Atau, ini bukan ujung maut mereka Rabb??
ini ujung maut persaudaraan
ini ujung maut umat Mu yang tega
atau mungkin ini kutuk,
karena agama telah menjadi sebutan di KTP saja?
rasa itu sirna pada ujung namaMu
yang masih setia disebut dalam lima waktu...
Aku jua sirna bersama dada yang menjeritkan ngilu
pada lantunan Alfatihah mereka menari-nari diujung mata..
lautMu ya Rabb, laut yang sakti,
gerangan rahasia apa yang hendak Kau lihatkan?*** (Luzi Diamanda/Pku 19/5/15)