SENGKETA

"PERSOALANNYA bulan harta, Anakku. Tapi hak. Tanah ini adalah milik kita yang sah, apapun yang terjadi kita harus mempertahan kannya." "Benar soal hak, tapi haruskah untuk itu kita saling bermusuhan. Haruskah karena itu kita saling dendam. Mak yang mengajari dulu, mengalah bukan berarti kalah. Tapi kenapa sekarang Mak tak mau mengalah?" Perempuan tua yang dipanggil Mak oleh anak perawannya tersebut hanya diam. Dadanya yang cuma dibalut kutang tua, memperlihatkan dengan jelas susunan tulang-tulang di dadanya turun naik, seperti menahan sesak yang tak kunjung lepas. "Muni, kau masih terlalu muda untuk memahami arti sebidang tanah bagi kita. Kelak bila kau dewasa, menjadi ibu, kemudian menjadi tua seperti Mak-mu ini, kau juga akan bersikap sama. Ingat Muni, sejauh-jauh pergi merantau, tanah kampung tetap punya arti." Setelah itu diam. Tak ada yang ingin mulai berujar. Sayup-sayup suara jengkrik memecah malam. Sedangkan cahaya kunang-kunang kelap-kelip, m