PALUNG KESUMAT

Foto Ilustrasi Internet Cerbung: Luzi Diamanda MALAM baru saja turun, bahkan azan Magrib berlalu belum lagi seperanjakkan duduk. Tapi gulita sudah begitu pekat menyungkup wajah desa, oleh ketiadaan lampu penerang yang bernama lampu jalan. Modernisasi memang belum sampai ke sini ke desa permai yang bernama Kultup ini. Hanya sesekali ada kelip lindap dari rimbunan semak di kiri kanana jalan setapak, kuning dan licin jika hujan. Itulah cahaya sayap kunang-kunang, meski lindap mampu menerangi jalannya sendiri. Tetapi anak-anak akan lari dan bersembunyi jika melihat cahaya ini, karena secara turun temurun diceritakan bahwa cahaya kunang-kunang itu adalah cahaya kuku orang yang sudah meninggal dan mereka mencari kanak-kanak yang berkeliaran jika matahari telah tidur. Senyap membuhulkan ketakutan menjadi ngeri, sehingga sepi oleh malam dan dedaunan dari cabang cabang pohon manggis hutan atau pinang, menyempurnakan suasana desa seperti mati. Bahk